55 Persen Masyarakat Tak Memiliki Jamban
Soko Tuban
TUBAN - Masyarakat Tuban yang tinggal di tepi pantai dan daerahnya dialiri sungai cenderung tidak memiliki jamban (kakus) keluarga maupun lingkungan. Daerah tersebut, antara lain, Palang, Senori, Bangilan, Soko, Rengel, dan Plumpang.
Kasi Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Keluarga Berencana (KB) Tuban Syaiful Hadi tidak mengetahui persis berapa jumlah keluarga di enam daerah tersebut yang tidak memiliki jamban. Dia hanya memperkirakan persentasenya masih sekitar 50-55 persen dari total jumlah masyarakat.
Dikatakan Saiful, tidak dimilikinya jamban keluarga dan lingkungan tersebut karena dipengaruhi kondisi lingkungan. Dikatakan dia, masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut terbiasa buang air besar (BAB) di sungai dan laut. Selain mengganggu lingkungan, terang Saiful, tinja bisa mengakibatkan penularan berbagai penyakit. Terlebih, setelah tinja yang berada di tempat terbuka tersebut kering dan menguap.
Dikatakan dokter berusia 51 ini, idealnya setiap keluarga memiliki 1 jamban. Atau, paling tidak dalam lingkungan 5 sampai 10 keluarga memiliki 1 jamban. Karena pemerintah tidak mungkin, membuatkan jamban lingkungan tersebut, kata Saiful, masyarakat bisa membuatnya dengan dana swadaya masyarakat mandiri. Seperti halnya sekarang ini dirintis di Desa Sumurgung, Kecamatan Palang.
Dikatakan dokter yang tinggal di Rengel, untuk memberdayakan masyarakat agar mengubah kebiasaan BAB di jamban, pemerintah meluncurkan program Sanitasi Kota Berbasis Masyarakat. Dalam program tersebut, kata Saiful, targetnya pada 2015 mendatang, 80 persen masyarakat memiliki dan terbiasa BAB di jamban.(ds) (Radar Bojonegoro)
Kasi Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Keluarga Berencana (KB) Tuban Syaiful Hadi tidak mengetahui persis berapa jumlah keluarga di enam daerah tersebut yang tidak memiliki jamban. Dia hanya memperkirakan persentasenya masih sekitar 50-55 persen dari total jumlah masyarakat.
Dikatakan Saiful, tidak dimilikinya jamban keluarga dan lingkungan tersebut karena dipengaruhi kondisi lingkungan. Dikatakan dia, masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut terbiasa buang air besar (BAB) di sungai dan laut. Selain mengganggu lingkungan, terang Saiful, tinja bisa mengakibatkan penularan berbagai penyakit. Terlebih, setelah tinja yang berada di tempat terbuka tersebut kering dan menguap.
Dikatakan dokter berusia 51 ini, idealnya setiap keluarga memiliki 1 jamban. Atau, paling tidak dalam lingkungan 5 sampai 10 keluarga memiliki 1 jamban. Karena pemerintah tidak mungkin, membuatkan jamban lingkungan tersebut, kata Saiful, masyarakat bisa membuatnya dengan dana swadaya masyarakat mandiri. Seperti halnya sekarang ini dirintis di Desa Sumurgung, Kecamatan Palang.
Dikatakan dokter yang tinggal di Rengel, untuk memberdayakan masyarakat agar mengubah kebiasaan BAB di jamban, pemerintah meluncurkan program Sanitasi Kota Berbasis Masyarakat. Dalam program tersebut, kata Saiful, targetnya pada 2015 mendatang, 80 persen masyarakat memiliki dan terbiasa BAB di jamban.(ds) (Radar Bojonegoro)
0 coment:
Posting Komentar