Pondasi Jembatan Soko Retak
Soko Tuban
Diduga akibat gerusan air Bengawan Solo, pondasi jembatan yang menghubungkan Kecamatan Soko-Bojonegoro patah sekitar 50 sentimeter (cm). Akibatnya, permukaan jembatan turun sekitar 3 cm. Rusaknya pondasi di sisi timur jembatan itu diketahui Dinas Pekerjaan Umum (PU) Tuban setelah mendapatkan informasi dari dinas pertambangan dan energi (dispertamben) kemarin (5/5). Menurut Kepala Dinas PU Tuban Choliq Qunnasich, untuk mengetahui kerusakan jembatan yang panjangnya mencapai 150 meter itu wajar atau tidak, pihaknya berencana mengecek ke lapangan. ''Belum bisa menentukan bahaya atau nggak, sebab belum mengecek ke lapangan. Secepatnya kita cek,'' janji dia.Jika jembatan tersebut mengalami kerusakan parah, maka pihaknya segera mengusulkan perbaikan. Menurut Choliq Qunnasich, jika memang pondasi jembatan yang biasa disebut Jembatan Gelendeng itu rusak, maka diduga penyebabnya gerusan air Bengawan Solo. Selain itu, juga disebabkan banyaknya penambang pasir yang beroperasi di sekitar jembartan dengan peralatan mesin. ''Kalau karena muatan truk tidak, sebab jembatan itu kelas III B (maksimal berat 80 ton),'' katanya. Sementara itu, dispertamben mengimbau kepada penambang pasir modern untuk tidak beroperasi di sekitar jembatan. ''Kami khawatir jika dibiarkan, maka mengganggu jembatan,'' kata Kepala Dispertamben Tuban Muji Slamet saat dikonfirmasi. Menurut dia, di sekitar jembatan di Desa Simorejo, Kecamatan Soko itu ada lima penambang pasir yang menggunakan mesin disel. ''Penambangan pasir dengan mesin disel dimanapun tempatnya, tidak boleh beroperasional, sebab dampaknya sangat besar sekali. Jauh dari jembatan pun nggak boleh. Yang boleh hanya penambang tradisonal (tanpa mesin disel). Dan itu harus izin ke provinsi,'' jelasnya.(zak ) Sumber : Radar Bojonegoro
Diduga akibat gerusan air Bengawan Solo, pondasi jembatan yang menghubungkan Kecamatan Soko-Bojonegoro patah sekitar 50 sentimeter (cm). Akibatnya, permukaan jembatan turun sekitar 3 cm. Rusaknya pondasi di sisi timur jembatan itu diketahui Dinas Pekerjaan Umum (PU) Tuban setelah mendapatkan informasi dari dinas pertambangan dan energi (dispertamben) kemarin (5/5). Menurut Kepala Dinas PU Tuban Choliq Qunnasich, untuk mengetahui kerusakan jembatan yang panjangnya mencapai 150 meter itu wajar atau tidak, pihaknya berencana mengecek ke lapangan. ''Belum bisa menentukan bahaya atau nggak, sebab belum mengecek ke lapangan. Secepatnya kita cek,'' janji dia.Jika jembatan tersebut mengalami kerusakan parah, maka pihaknya segera mengusulkan perbaikan. Menurut Choliq Qunnasich, jika memang pondasi jembatan yang biasa disebut Jembatan Gelendeng itu rusak, maka diduga penyebabnya gerusan air Bengawan Solo. Selain itu, juga disebabkan banyaknya penambang pasir yang beroperasi di sekitar jembartan dengan peralatan mesin. ''Kalau karena muatan truk tidak, sebab jembatan itu kelas III B (maksimal berat 80 ton),'' katanya. Sementara itu, dispertamben mengimbau kepada penambang pasir modern untuk tidak beroperasi di sekitar jembatan. ''Kami khawatir jika dibiarkan, maka mengganggu jembatan,'' kata Kepala Dispertamben Tuban Muji Slamet saat dikonfirmasi. Menurut dia, di sekitar jembatan di Desa Simorejo, Kecamatan Soko itu ada lima penambang pasir yang menggunakan mesin disel. ''Penambangan pasir dengan mesin disel dimanapun tempatnya, tidak boleh beroperasional, sebab dampaknya sangat besar sekali. Jauh dari jembatan pun nggak boleh. Yang boleh hanya penambang tradisonal (tanpa mesin disel). Dan itu harus izin ke provinsi,'' jelasnya.(zak ) Sumber : Radar Bojonegoro
0 coment:
Posting Komentar