bisnis online, jual beli online, sistem pembayaran, pembayaran online, bisnis online

Jumat, 09 November 2007

Trasyuwono, 39, dan Warno, 18, akhirnya ditahan pihak Polres Tuban. Guru dan murid SMAN Tambakboyo itu dijerat pasal penistaan terhadap agama krena me

TULUS W.-DWI S., Tuban ------
Trasyuwono, 39, dan Warno, 18, akhirnya ditahan pihak Polres Tuban. Guru dan murid SMAN Tambakboyo itu dijerat pasal penistaan terhadap agama krena mengikuti aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah.TULUS W.-DWI S., TubanRuang tahanan Mapolres Tuban kini bertambah dua penghuni. Tepatnya, sejak Kamis malam lalu. Dua penghuni baru ituTrasyuwono dan Warno. Keduanya pengikut aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah."Mulai tadi malam (Kamis malam, Red) mereka resmi kami tahan," ungkap Kasatreskrim AKP Effendy Lubis didampingi Kaur Bin Ops Ipda Budi Santoso kemarin (2/11).Guru dan muridnya di SMAN Tambakboyo itu memang tidak ditahan terpisah dengan tahanan lain. Keduanya juga diperlakukan sama dengan tahanan lain. "Makan juga sama. Tidak ada perlakuan istimewa," tandas Budi Santoso.Sebelum ditahan, keduanya menjalani pemeriksaan maraton Kamis lalu (1/11). Saat pemeriksaan kedua hari itu, Trasyuono berusaha menyamarkan diri setelah media cetak dan elektronik meng-close up-nya dalam pemberitaan. Saat itu dia mengenakan kaus biru berkerah dan topi hitam bertuliskan proshop.Guru yang membuat heboh ini juga mengenakan kacamata putih dengan frame hitam. Bercelana kain hitam dan bersandal plastik warna gelap. Hingga masuk ruang Kaur Binops Reskrim Polres Tuban Ipda Budi Santoso, tak satu pun polisi maupun wartawan yang menyanggongnya di lobi, mengenalinya.Wartawan koran ini berhasil membongkar penyamaran Trasyuwono saat yang bersangkutan keluar ruang Kaur Bin Ops untuk meminjam korek kepada tamu lainnya --untuk menyalakan rokoknya. Karena dianggap bisa menggagalkan penyamarannya, wartawan koran ini mendapat kesempatan dari Trasyuono untuk wawancara khusus di salah satu sudut lobi. Pendidik jebolan D3 Unair Surabaya ini bersedia wawancara karena agenda pemeriksaan masih lama.Selama wawancara berlangsung, sejumlah kontributor televisi belum juga mengenali. Mereka mencueki begitu saja pimpinan Al-Qiyadah Al-Islamiyah Tuban yang sejak pagi ditunggu kedatangannya tersebut. Begitu juga polisi yang sehari sebelumnya sudah mengenal Trasyuwono. Tak satu pun di antara mereka yang menyapa pria itu.Mereka baru mengerubungi pria kelahiran Surabaya 11 Januari 1968 ini setelah wawancara berlangsung lebih dari 30 menit. Tanpa ditunggui penyidik dan anggota Intelkam seperti pada pemeriksaan Rabu (31/10) lalu, Trasyuwono lebih leluasa menyampaikan terapan aliran yang dianutnya."Saya meyakini aliran ini paling benar daripada ajaran yang saya ikuti sebelumnya," tandas pegawai negeri sipil (PNS) berpangkat III-d itu.Keyakinannya itu menurut Trasyuwono seperti dirinya meyakini Achmad Moshaddeq alias Almasih Al-Maw’ud adalah rasul (utusan Allah) pada zaman ini. Setelah melepas kaca matanya, dia menyampaikan argumentasi atas keyakinannya tersebut. Achmad Moshaddeq menurut pendidik yang tinggal di Desa Sobontoro, Kecamatan Tambakboyo, itu mendapat wahyu dari Allah."Wahyu itu tidak berupa ayat, tapi penerapan ajaran Islam yang sesungguhnya dalam kalbu sang rasul," katanya.Sebelum wahyu itu turun, terang dia, Achmad Moshaddeq mendapat perlambang dalam tiga kali mimpi. Dalam mimpinya, Mosaddeq melihat perahu yang miring dan dipenuhi penumpang. Mimpi lain yang jadi perlambang kerasulan adalah melihat sebuah kota yang indah.Selama wawancara, ponsel Trasyuwono sempat beberapa kali berdering. Salah satu yang mengontaknya adalah kepala SMAN Tambakboyo Yos Sudarto. Dalam pembicaraan tersebut, guru SMAN Tambakboyo ini sempat menyampaikan argumentasi terkait keyakinan ajaran yang diikutinya."Silahkan, saya dipecat dari PNS. Sekarang pun, saya siap, Pak!" tegas Trasyuono kemudian menutup pembicaraan lewat ponselnya. Sambil memasukkan ponselnya di saku celana, dia bergumam bahwa Allah akan memberinya makan kalau dirinya tetap menjalankan syariah yang diyakininya.Dia mengaku, sebelum mengikuti aliran sesat Al-Qiyadah, saat kuliah dia pernah menjadi jamaah tabligh. Saat menjadi jamaah itu dirinya memelihara jenggot panjang. Pakaian yang dikenakan jubah putih."Saat mengikuti jamaah ini, saya tidur dari masjid satu ke masjid lainnya," tuturnya.Setelah setahun menjadi pengikut jamaah tersebut, dia memutuskan keluar karena merasa tidak sepaham.Pria asal Gubeng Kertajaya, Surabaya, itu juga mengaku saat kuliah pernah mendalami ilmu agama dan menjadi santri Kiai Ja’far di Jalan Brawijaya Surabaya. Ulama Surabaya lain yang diakui pernah menjadi gurunya adalah Kiai Rowi. Saat ditempatkan dan diangkat sebagai guru negeri di Timor-Timor pada 1992 (kini Timor Leste), Trasyuwono juga aktif dalam kegiatan di sebuah masjid di Same, tempatnya bermukim. Bahkan, karena penguasaan agamanya dianggap mumpuni, dia dipercaya menjadi imam di masjid setempat.Setelah Bumi Loro Sae lepas dari Republik Indonesia, dia dimutasi ke SMAN Tambakboyo.Sementara itu, terkait penanganan kasus Trasyuono dan muridnya, Warno, polisi kini juga telah mengamankan beberapa barang bukti terkait aliran yang dianut guru dan muridnya tersebut. Di antaranya buku-buku, selebaran, dan daftar anggota Al-Qiyadah. Polisi juga terus mengembangkan penyidikan kasus itu. Termasuk, mendalami aktivitas dan jaringan aliran tersebut menyusul disitanya sebuah buku dokumen kegiatan dari aliran tersebut. (*)
ZEN /(C.P)

0 coment:

About This Blog

Photobucket

Cek Tagihan PLN

blog tutorial
Powered By Blogger

Gabung Yuk...!

Test Form

Name:
Email Address:
Alamat Web
Berapa usia anda...? Dibawah 17 th
Antara 17 s/d 30th
Diatas 30 th
Apa jenis kelamin anda Pria
Wanita
Baina huma
Apa pendapat anda tentang blog ini..? Sangat kami harapkan, saran, kritik, maupun pendapat anda. silahkan ketik pada kolom disamping ini

free forms

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP