Upaya Dinas Pertambangan dan Energi Jadikan Tuak sebagai BBM Alternatif Terinspirasi Tetes Tebu di Blora
Soko Tuban
Tuak sebentar lagi tidak hanya menjadi minuman khas warga Tuban. Sebulan terakhir, Dinas Pertambangan dan Energi Tuban mencoba mengombinasikan tuak, ragi tape, dan gula jawa untuk menjadi bahan bakar alternatif.
ZAKKI TAMAMI, Tuban
---
Empat gentong plastik merah berada di aula Dinas Pertambangan dan Energi Tuban di Jalan Manunggal. Tiga gentong di antaranya berisi tuak, ragi tape, dan gula jawa yang masih dalam proses fermentasi selama sekitar tujuh hari. Ketiga barang itu merupakan bahan untuk membuat bahan bakar minyak yang diuji coba Dinas Pertambangan dan Energi setempat.
Di dekat tiga gentong tersebut terdapat kompor minyak tanah dan subluk (alat untuk merebus). Di ujung subluk itu terdapat selang besar. Selang tersebut merupakan tempat keluarnya uap.
Selang besar itu disambungkan ke selang kecil berbahan aluminium berbentuk melingkar yang ada di gentong plastik merah satunya. Selang tersebut dipakai untuk keluarya etanol dari hasil rebusan tiga bahan itu.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Muji Slamet bersama Kabid Energi dan Migas Hery Prasetyo, serta Kasi Migas Bambang Triyono kemarin mencoba memamerkan hasil uji cobanya yang telah dilakukan sebulan terakhir. Sepuluh liter tuak, 1/5 kg ragi tape, dan 0,5 kg gula jawa dimasukkan dalam subluk untuk direbus. ''Waktu merebus 1 sampai 2 jam,'' kata Muji Slamet.
Ketika rebusan dalam subluk itu mendidih, timbul uap yang mengalir ke selang. Ketika uap berubah jadi cair, maka cairan itulah yang mengandung etanol. Ketika cairan tersebut disulut dengan korek api yang dibawa Muji Slamet, timbul jilatan api sangat besar. ''Ini kadarnya 60 sampai 90 persen,'' jelasnya.
Menurut dia, sepuluh liter tuak itu bisa menghasilkan 2 liter etanol. Apakah cairan itu bisa dibuat campuran bensin? Muji Slamet menyatakan belum bisa. Alasannya, kadarnya belum sampai 99,5 persen. ''Jika sampai 99,5 persen, bisa dipakai campuran bensin,'' imbuh Hery Prasetyo.
Untuk menghasilkan etanol, dia mengatakan telah melakukan percobaan tiga kali. Percobaan pertama hanya menggunakan tuak dan hasilnya belum memuaskan. Percobaan kedua, tuak dicampur ragi tape. Sedangkan percobaan ketiga, tuak dan ragi tape dicampur gula jawa.
Muji menyatakan, ide membuat bahan bakar minyak tersebut mucul karena belakangan ini harga BBM semakin tinggi. Selain itu, BBM juga sulit dicari. ''Maka, kami cari solusinya untuk energi,'' tuturnya.
Ide itu kemudian dikembangan dengan melakukan studi banding ke Dinas Pertambangan Kabupaten Blora Juni lalu. ''Di sana tetes tebu bisa dipakai. Lantaran di sini sulit mencari tetes tebu, maka kami mencoba bahan dari tuak,'' ujarnya.
Muji menjelaskan, untuk menghasilkan etanol yang bagus, tuak yang sudah basi sangat diutamakan. Jika fermentasinya lebih lama, hasilnya semakin bagus. Temuan tersebut, katanya, bakal disosialisasikan ke masyarakat. ''Nanti kita kembangkan,'' tuturnya. (zen) Radar Bojonegoro
Tuak sebentar lagi tidak hanya menjadi minuman khas warga Tuban. Sebulan terakhir, Dinas Pertambangan dan Energi Tuban mencoba mengombinasikan tuak, ragi tape, dan gula jawa untuk menjadi bahan bakar alternatif.
ZAKKI TAMAMI, Tuban
---
Empat gentong plastik merah berada di aula Dinas Pertambangan dan Energi Tuban di Jalan Manunggal. Tiga gentong di antaranya berisi tuak, ragi tape, dan gula jawa yang masih dalam proses fermentasi selama sekitar tujuh hari. Ketiga barang itu merupakan bahan untuk membuat bahan bakar minyak yang diuji coba Dinas Pertambangan dan Energi setempat.
Di dekat tiga gentong tersebut terdapat kompor minyak tanah dan subluk (alat untuk merebus). Di ujung subluk itu terdapat selang besar. Selang tersebut merupakan tempat keluarnya uap.
Selang besar itu disambungkan ke selang kecil berbahan aluminium berbentuk melingkar yang ada di gentong plastik merah satunya. Selang tersebut dipakai untuk keluarya etanol dari hasil rebusan tiga bahan itu.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Muji Slamet bersama Kabid Energi dan Migas Hery Prasetyo, serta Kasi Migas Bambang Triyono kemarin mencoba memamerkan hasil uji cobanya yang telah dilakukan sebulan terakhir. Sepuluh liter tuak, 1/5 kg ragi tape, dan 0,5 kg gula jawa dimasukkan dalam subluk untuk direbus. ''Waktu merebus 1 sampai 2 jam,'' kata Muji Slamet.
Ketika rebusan dalam subluk itu mendidih, timbul uap yang mengalir ke selang. Ketika uap berubah jadi cair, maka cairan itulah yang mengandung etanol. Ketika cairan tersebut disulut dengan korek api yang dibawa Muji Slamet, timbul jilatan api sangat besar. ''Ini kadarnya 60 sampai 90 persen,'' jelasnya.
Menurut dia, sepuluh liter tuak itu bisa menghasilkan 2 liter etanol. Apakah cairan itu bisa dibuat campuran bensin? Muji Slamet menyatakan belum bisa. Alasannya, kadarnya belum sampai 99,5 persen. ''Jika sampai 99,5 persen, bisa dipakai campuran bensin,'' imbuh Hery Prasetyo.
Untuk menghasilkan etanol, dia mengatakan telah melakukan percobaan tiga kali. Percobaan pertama hanya menggunakan tuak dan hasilnya belum memuaskan. Percobaan kedua, tuak dicampur ragi tape. Sedangkan percobaan ketiga, tuak dan ragi tape dicampur gula jawa.
Muji menyatakan, ide membuat bahan bakar minyak tersebut mucul karena belakangan ini harga BBM semakin tinggi. Selain itu, BBM juga sulit dicari. ''Maka, kami cari solusinya untuk energi,'' tuturnya.
Ide itu kemudian dikembangan dengan melakukan studi banding ke Dinas Pertambangan Kabupaten Blora Juni lalu. ''Di sana tetes tebu bisa dipakai. Lantaran di sini sulit mencari tetes tebu, maka kami mencoba bahan dari tuak,'' ujarnya.
Muji menjelaskan, untuk menghasilkan etanol yang bagus, tuak yang sudah basi sangat diutamakan. Jika fermentasinya lebih lama, hasilnya semakin bagus. Temuan tersebut, katanya, bakal disosialisasikan ke masyarakat. ''Nanti kita kembangkan,'' tuturnya. (zen) Radar Bojonegoro
0 coment:
Posting Komentar